Mangupura, 15 Maret 2010
PROSPEK BUDIDAYA KEPITING BAKAU DI TAHURA NGURAH RAI
Ds. TUBAN Kec.KUTA – BADUNG -BALI
Membangun perekonomian masyarakat pesisir melalui keramba budidaya kepiting bakau merupakan suatu pilihan yang sangat tepat, mengingat daerah ini sebagian besar berada pada posisi dataran rendah, terdiri dari lahan rawa dan pesisir pantai yang sangat luas, akan tetapi permasalahannya selama ini, di atas lahan yang luas itu hanya menjadi lahan-lahan tidur, alias tidak produktif.
Hanya warga masyarakat pemilik keramba tertentu saja yang memanfaatkan lahan mangrove tersebut untuk menggarap keramba budidaya secara sangat sederhana karena terkendala pengetahuan sumber daya manusia (SDM) dan modal untuk mengembangkannya. Umumnya pembudidaya itu menggarap kerambanya di sekitar pesisir mangrove. Itu pun baru sebagian kecil saja para pembudidaya yang melakukan dari penduduk setempat.
Karena sifatnya pembudidaya tradisional, maka tidak banyak berkembang, bahkan justeru banyak di antara mereka yang hanya pasrah dan tidak mampu bertahan lagi. Mereka sangat bergantung pada hukum alam.
Dengan mempertimbangkan pembudidaya tradisional yang hasilnya tidak bisa diharapkan optimal untuk mencukupi kebutuhan para pembudidaya, maka perlu dikembangkan suatu program pembudidaya rakyat terpadu dan berkesinambungan yang didukung dan diprogramkan oleh pemerintah daerah tingkat II Badung.
Program pembudidayaan ini perlu dimulai dengan suatu pilot project pemerintah daerah yang dikelola secara modern dan dibangun secara bertahap, mulai dari keramba kepiting bakau, ikan bandeng dan udang windu. Dari pilot project ini akan terus dikembangkan menjadi usaha keramba produktif masyarakat melaui gerakan bersama, terpadu dan berkesinambungan.
Pilihan untuk tahap pertama, dimulai dengan keramba kepiting bakau, dengan pertimbangan bahwa ternak kepiting bakau ini paling mudah dipelihara dan mempunyai daya tahan yang lebih baik dibandingkan dengan ternak perikanan lainnya. Ternak kepiting bakau dapat berkembang biak meskipun secara alami, apalagi di dilakukan penggemukan secara modern. Pada saat musim hujan, proses pengelupasan kulit luar kepiting lebih cepat, sehingga kepiting bisa lebih cepat dipanen. Hasilnya pun lebih menguntungkan ketimbang bertambak ikan bandeng dan udang windu.
Kepiting bakau merupakan salah satu komoditi perikanan yang perlu mendapat perhatian, karena di samping harganya yang cukup mahal di pasaran lokal, juga memberi peluang untuk pasaran ekspor.
Persyaratan agar kepiting mempunyai harga yang tinggi di pasar, baik pasar lokal, maupun pasar ekspor adalah:
1. Kepiting yang sudah matang telur (harga tinggi).
2. Kepiting gemuk (harganya lebih rendah dibandingkan dengan yang matang telur).
Dengan kriteria persyaratan di atas, maka perlu diadakan usaha agar kepiting yang dipasarkan mempunyai kriteria yang diinginkan para konsumen. Salah satu usaha yang paling tepat saat ini adalah usaha budidaya penggemukan kepiting. Masa yang diperlukan untuk budidaya ini cukup 3,5 - 4 bulan sudah bisa dipanen dengan cara selektif.
Tahapan dan Teknik Bertambak Kepiting Bakau
1. Memilih Metode Keramba
Metode budidaya kepiting bakau yang sesuai dengan kondisi lahan rawa di Kabupaten Badung,Kecamatan Kuta Desa Tuban ini, adalah menggunakan sistem hamparan keramba dalam ukuran luas tertentu, dengan penebaran 2 ekor bibit kepiting bakau/m2. Namun untuk mencari bibit yang jumlahnya sampai ribuan ekor sekaligus, sesuai dengan ukuran luas tambak, rasanya tidak mungkin. Maka untuk mencapai jumlah penebaran bibit itu dilakukan secara bertahap, dan cara memanennyapun secara selektif pula.
2. Cara Memperoleh Bibit
Keberhasilan suatu budidaya kepiting bakau di samping ditunjang teknik budidaya yang handal, tersedianya bibit juga sangat menentukan. Untuk usaha budidaya penggemukan kepiting ada cara untuk memperoleh bibit, yaitu: Para pemancing menjual kepada pedagang pengumpul, yang kemudian oleh pedagang pengumpul diseleksi sesuai dengan ukuran yang sudah ditentukan. Untuk ukuran bibit langsung dijual kepada petani pembudidaya. Biasanya ukuran bibit kepiting bervariasi antara 100 – 200 gr. Harga bibit kepiting bakau bervariasi antara Rp. 3.000,00-Rp.4.000,00 per ekor.
3. Pemberian Pakan
Kepiting bakau termasuk hewan Carnivora (pemakan daging). Bahan pakan untuk kepiting mudah didapat. Pakan kepiting bakau berupa ikan rucah, siput, wideng, dll.Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari, yaitu: pagi dan malam hari. Adapun dosis pemberian pakan antara 5 – 15% dari perkiraan berat badan kepiting bakau yang dipelihara.
4. Pemanenan dan Cara Pengemasannya
Masa pemeliharaan penggemukan kepiting bakau relatif singkat atau juga tergantung dari awal penebaran bibit. Untuk bibit ukuran 100 gram dalam masa pemeliharaan 2,5 – 4 bulan sudah bisa mencapai ukuran konsumsi (3–4 ekor/kg). Namun apabila awal sudah mempunyai berat lebih dari 200 gram, maka masa pemeliharaan bisa lebih singkat. Petani memanen kepiting bakau dilakukan secara selektif yaitu dengan cara memancing dan memisahkannya antara kepiting bakau yang gemuk dan matang telur.
Kepiting bakau yang sedang matang telur mempunyai harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Kepiting bakau sebelum diikat diletakkan ke dalam air bersih beberapa saat. Setelah itu kepiting bakau baru diikat kakinya dengan tali raffia,dan ditata dalam serefom box.
5. Pemasaran
Pemasaran kepiting bakau konsumsi belum ada permasalahan. Bahkan permintaan pasar belum terpenuhi, karena produksi kepiting bakau sampai saat ini masih menghandalkan hasil tangkapan. Pemasarannya bisa dilakukan di pasar, toko swalayan, pedagang pengumpul atau pengusaha rumah makan yang menyediakan sea food. Mengenai harga pada umumnya bervariasi tergantung di mana dipasarkan. Di pasar lokal harga berkisar Rp. 55.000,00 pr kg untuk size 3 atau size 4 (isi 3 sampai 4 ekor per kg). Harga jual di Singapura, Hongkong dan Pulau Batam mencapai Rp. 40.000,00 per ekor. Sedangkan untuk kepiting bakau matang telur harga sampai berkisar Rp. 90.000,00 per kg.
Kesimpulan
Dengan memahami potensi usaha keramba kepiting bakau di lahan-lahan rawa di Kabupaten Badung yang sangat prospektif, terutama untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan daerah, di samping pemanfaatan lahan-lahan tidur menjadi lahan produktif, maka dipandang sangat tepat dan sangat diharapkan sekali jika pemerintah daerah Kabupaten Badung segera memprogramkan perkerambaan kepiting bakau tersebut yang didahului dengan pengadaan pilot project , sebagai upaya percepatan perkerambaan rakyat di seluruh Kabupaten Badung. Diharapkan program ini menjadi program unggulan (core competence) daerah yang dapat menaikkan nilai tambah ekonomi dan daya saing daerah yang tinggi.
Oleh: I MADESUMASA
Ketua KMP.Wanasari-Tuban
No comments:
Post a Comment